Menggali Hikmah Tattwa Pertiwi: Keseimbangan dengan Alam
Pada hakikatnya tiap umat beragama memiliki tujuan yang sama, yakni ibadah, hanya saja tata dan cara pelaksanannya yang berbeda. Seperti misalnya tujuan agama Hindu untuk mencapai Moksa dan kesejahteraan di dunia melalui hikmah tattwa pertiwi. Tattwa pertiwi adalah tempat berkumpulnya semua tattwa.
Menurut ajaran Hindu, tattwa adalah kebenaran sejati dan hakiki sehingga didefinisikan sebagai dasar keyakinan umat Hindu. Sebagai dasar keyakinan umat Hindu, tattwa mencakup lima panca, yakni Widhi tattwa, Atma tattwa, Karmaohala tattwa, Punarbha Tattwa, dan Moksa tattwa. Dan tattwa pertiwi adalah jenis tattwa yang berada di bawah dan tidak dapat menyusup pada tattwa yang ada di atasnya.
Konsep Tattwa Pertiwi dalam Agama Hindu
tattwa pertiwi diambil dari istilah mretiwi yang artinya Bertani atau bersawah. Mretiwi berasal dari kata pertiwi atau tanah, dalam ajaran tattwa mretiwi disebut sebagau sarwa tattwa.
Ibu pertiwi disebut sebagai sarwa ttva karena tattwa di atasnya ada di dalam pertiwi. Menurut Panca Maha Butha tattwa meliputi beberapa hal, yakni Pratiwi, apah, teja, bayu, dana akasa.
Baik pendeta atau brahmana selalu menjadikan ajaran tattwa sebagai ajaran pokok dan senantiasa mendiskusikan ajaran tersebut. Dalam ajaraan tattwa sendiri, tattwa pertiwi disebut sebagai sarwa tattwa yang menjadikannya sebagai tattwa penting.
Bagi para pendeta, memahami ajaran beserta hukum-hukum pertiwi tattwa adalah mutlak wajib. Itulah sebabnya mereka kerap melakukan aktivitas mretiwi. Karena memang mretiwi tattwa masuk ke dalam Panca Maha Butha Tattwa.
Di sisi lain pertiwi kerap dijadikan contoh dalam menyampaikan ajaran keagamaan, termasuk ajaran kesusilaan. Kaum brahmana atau pendeta yang memiliki pengetahuan sempurna tentang simbolis pertiwi benar-benar dapat merasakan bagaimana hakekat puja itu sendiri. Selain itu, hukum jagattraya juga menjadi sesuatu yang dapat dirasakan dan diketahui.
Jagattraya dalam Konsep tattwa
Hukum jagattraya adalah pengetahuan penting bagi kaum Brahmana atau pendeta. Karena mereka bertani, maka harus benar-benar mengetahui apa yang disebut Rtu (musim). Dan bagi para pujangga musim sangatlah penting karena dapat disekripsikan sebagai keindahan dan cinta dalam karya sastra.
Para pujangga yang bertani dan gemar menyusup kedalam ladang mendapat pengetahuan lengkap mengenai flora dan fauna yang nantinya dijadikan kata-kata puisi dalam karyanya. Berbagai jenis tumbuhan yakni, asoka, asana, Pundak, ketaka, pidada dan cempaka sangat menarik perhatian para pujangga. Demikian pula buah-buahan seperti jambu, durian, manggis, kapundung, duwet sebagimana tercatat dalam karya sastra yang tertua dan terindah.
Dengan masuk ke alam dan membenamkan diri ke dalam alam para brahmana akan mendapat puncak yoga, termasuk yoga sastra. Hukum Jagattraya terbangun atas beberapa tingkatan, yakni Uttpeti, Sthiti dan Pralina yang terhayati dengan sempurna. Ajaran tentang Sangkariparan dumadi tentang hakekat asal dan tujuan manusia menjadi sangat penting.
Dalam Kakawin Arjunawiwaha disuratkan bahwa Sang Pencipta menyusup ke alam yang ada maupun tiada, itulah sebab adanya kelahiran, kehidupan dan kematian, yang merupakan hakikat asal dan tujuan manusia. Beliau dapat diketahui dengan nyata oleh siapapun yang melaksanakan yoga dengan tenang.
Dinyatakan juga bahwa sang pencipta bagaikan api di dalam kayu dan bagaikan minyak di dalam santan. Dapat menjadi kenyataan dan muncul apabila ada orang yang memutar kesadaran dengan benar. Berdasarkan pandangan umum, memutar kesadaran dengan benar bukan hanya mengenai duduk bersila dan beryoga. Melainkan melamun menyusup ke dalam alam, memahami hukum-hukumnya dengan penuh kesabaran dan ketetapan hati.
Tattwa Pertiwi sebagai Pedoman
Penganut agama Hindu mewarisi sejumlah karya filsafat atau tattwa dan karya sastra dari tangan kuat dan halus. Kaum pendeta dan pujangga di masa lalu adalah kaum pendeta atau brahmana yang Bertani dan mengolah sawah sebagai jalan untuk yoga, yang mengolah tanah sebagai persembahan dan bhakti. Mereka percaya bahwa yang diyakini sebagai ajaran yang abadi adalah karma, dan dengan karma dapat menumbuhkan bhakti dan Jnana. Seluruh hidup adalah jalan yoga menuju kamanunggalan dengan Sang Tuhan.
Dalam perannya, hikmah tattwa pertiwi tak dapat diganggu gugat. Bahkan tattwa ini selalu dijadikan ajaran kesabaran dalam kehidupan agar senantiasa sabar dan dapat memberikan kehidupan bagi segala yang tumbuh lebih di atasnya.