Mendalami Ajaran Filosofis: Tattva dalam Kehidupan Sehari-hari
Masyarakat Bali mengenal ajaran filosofis tentang kehidupan sehari-hari dalam tattva. Tattva, berasal dari bahasa Sanskerta "Tat" yang artinya hakekat atau kebenaran (Thatness). Sedangkan dalam sumber lainnya, Tattva juga berarti falsafah atau filsafat agama. Artinya, yaitu ilmu yang mempelajari kebenaran sedalam-dalamnya tentang sesuatu,
Tattva meliputi berbagai hal, di antaranya mencari kebenaran tentang Tuhan, Atma, dan yang lainnya. Bisa juga tentang proses kepada kebenaran tentang reinkarnasi dan karmapala.
Sepeti apakah tattva dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari? Berikut penjelasannya.
Ajaran Tattva
Dalam ajaran Tattva, kebenaran yang dicari yaitu hakekat Brahman (Tuhan) dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kemahakuasaan Tuhan. Misalnya, yang disebutkan dalam Teologi Hindu, bahwa Tattva berarti hakekat tentang Tat atau Itu (Tuhan dalam bentuk Nirguna Brahman).
Penggunaan kata Tat tersebut menunjukkan kepada Tuhan. Tepatnya, untuk menunjukkan kepada Tuhan yang jauh dengan manusia. Kata "Itu" juga dibedakan dengan kata "Idam", dimana artinya menunjuk pada kata benda yang dekat (semua ciptaan Tuhan). Sehingga, dapat didefinisikan bahwa Tuhan (Brahman) merupakan primasoca yang bersifat mutlak. Sebab, sumber atas semua ada, maka dari itu tanpa Brahman maka tidak mungkin semuanya akan ada.
Tattva juga diartikan kebenaran yang sejati dan hakiki. Penggunaan kata Tattva yakni sebagai istilah filsafat berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Dalam lontar-lontar di Bali, Tattva lebih sering digunakan jika dibandingkan dengan 3 istilah filsafat lainnya. Filsafat-filsafat itu yakni pendidikan, tempat suci, upacara yajna, adat istiadat, dan yang lainnya.
Semua itu termasuk konsep dasar atau intisari dari Tattva. Selain itu, Tattva juga termasuk istilah filsafat agama yang memerlukan perenungan sejati dan pemikiran cemerlang. Hal ini terjadi agar sampai kepada hakikat dan sifat kodrati.
Ajaran Filosofis Tattva
Secara khusus, filsafat disebut sebagai Darsana. Darsana yaitu bagian penulisan Hindu yang memerlukan kecerdasan, penalaran, dan perasaan. Nama lain dari Darsana yaitu Mananasastra (pemikiran atau renungan filsafat), tarka (spekulasi), Vicarasastra (menyelidiki perihal kebenaran filsafat), dan Sraddha (keyanikan/keimanan). Dalam perkembangan kepercayaan Hindu atau kebudayaan Weda, ada sembilan cabang filsafat yang disebut Nawa Darsana.
Istilah Nawa Darsana merupakan penggabungan Sad Darsana dengan filsafat Nastika. Nastika yaitu filsafat yang tidak mengakui otoritas Weda. Bisa juga disebut se again heterodox. Berikut di antara aliran tersebut::
1. Carvaka
Carvaka tidak pernah percaya adanya Surga dan Neraka, termasuk kepada Tuhan yang menciptakan alam semesta. Oleh sebab itu, aliran ini disebut atheis. Carvaka juga menitikberatkan untuk mencari kesenangan di dunia saja.
Terdapat 2 jenis pengikut Carvaka, yaitu Dhurta (tidak terpelajar dan licik) dan Susiksita (terpelajar). Salah satu pengikut dari Susiksita yang terkenal yaitu Vatsyana, juga terkenal dengan bukunya Kamasutra.
2. Jaina
Aliran Jaina yaitu aliran yang memperoleh kemenangan dalam menghadapi tantangan duniawi. Adapun pendiri aliran ini yaitu Mahavira, nama aslinya Vardhamana. Aliran filsafat yang bersifat atheis ini mempercayai bahwa seseorang bisa mencapai kebebasan rohani seperti Guru mereka.
Jaina memiliki dua golongan, yaitu Digambara (golongan yang sangat fanatik, bahkan telanjang bulat) dan Svetambara (golongan yang lebih moderat dan menggunakan pakaian serba putih). Selain itu, filsafat Jaina juga bersifat pragmatis realistis.
3. Buddha
Filsafat Buddha didirikan oleh pengikut Sang Buddha, yaitu Siddhartha, Gautama, serta dinasti Sakya. Adapun ajaran filsafat Buddha melibatkan Catur Arya Satyani (empat kebenaran mulia) dan Asta Marga (delapan jalan yang benar).
Sedangkan 6 ajaran filsafat Tattva Hindu Sad Darsana, yaitu 6 filsafat ortodox yang terdiri dari enam cara mencari kebenaran. Adapun cara tersebut yaitu; Nyaya, Yoga Vaisiseka, Samkya, Mimamsa, dan Vedanta. Selain enam pokok tersebut, ada juga Darsama pada jaman scholastic, yaitu; Dvaita, Advaita, dan Visistadvita. Berdasarkan ajarannya, semua filsafat tersebut baik, sehingga disebut Astika.
Keenam aliran tersebut berasal dari kitab Weda. Selain itu, aliran itu merupakan enam jalan berbeda yang menuju sebuah kota. Dimana untuk mencapai kota tersebut harus ditempuh dengan melewati salah satu jalan tersebut. Enam aliran tersebut yaitu metode atau cara pendekatan yang berbeda-beda menuju Tuhan.
Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan temperamen, kemampuan dan kualitas. Kendati begitu, semuanya mempunyai satu tujuan, yaitu menghilangkan ketidaktahuan dan pengaruh-pengaruhnya (duka cita, kesempurnaan, kebebasan, kekekalan, dan kebahagiaan).
Demikianlah penjelasan mengenai ajaran filosofis pada tattva dan penerapannnya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat.